By Renalto Setiawan,
Dalam dua kali kegagalan Barcelona era Pep Guardiola di Champions League yang
sama-sama terjadi di babak semifinal saat menghadapi Inter Milan dan
Chelsea, kita semua tahu kalau Inter dan Chelsea memainkan taktik yang
sama : ultradefensif. Parkir bus, parkir tronton, membuat tembok Berlin
atau membuat tembok China, analogi tersebut semuanya mengarah pada
taktik ultradefensif. Banyak orang beranggapan bahwa Inter dan Chelsea
pada saat itu bermain sepakbola negatif. Mungkin orang yang beranggapan
demikian merasa tidak terhibur dengan cara yang dimainkan Inter dan
Chelsea. Tapi baik bagi Inter maupun Chelsea, mungkin itu satu-satunya
cara yang dapat digunakan untuk mengalahkan Barcelona. Bagi mereka
bermain ultradefensif bukan sesuatu yang negatif justru sebaliknya
karena pada akhirnya mereka berhasil mengalahkan Barcelona dengan cara
tersebut.
Jika sebuah tim di atas kertas secara kualitas berada jauh di bawah Barcelona. Bermain terbuka ketika menghadapi mereka adalah sebuah kekeliruan. Mungkin tim tersebut akan mendapatkan apresiasi karena berani meladeni permain menyerang yang dilakukan oleh Barcelona. Tapi apa artinya apresiasi tersebut jika pada akhirnya tim tersebut kalah telak saat wasit mengakhiri pertandingan ? Bermain ultradefensif pun belum tentu menjamin kemenangan bagi mereka.
Bertahan bukan merupakan suatu cara yang mudah untuk dilakukan. Bertahan melibatkan semua pemain yang berada di lapangan. Harus ada koordinasi antar zona yang terdapat micro taktic di dalamnya sebelum berkerja pada organisasi secara utuh. Untuk memperlancar hal tersebut juga dibutuhkan kedisiplinan dan konsentrasi yang tinggi. Hal-hal yang seharusnya tidak membuat bertahan kita labeli “ bermain negatif ” dengan mudah.
Vittorio Pozzo dan Nereo Rocco menciptakan catenaccio bukan untuk sesuatu yang negatif. Mereka ingin menang dengan cara tersebut. Helenio Herrera yang mempunyai prinsip "Class + Preparation + Intelligence + Athleticism = Championships“ juga mengamini apa yang dilakukan oleh Vittoria Pozzo dan Nereo Rocco dengan menggunakan catenaccio sebagai bagian dari kejayaan Inter Milan pada eranya. Kita dapat mengambil kesimpulan dari prinsip dan catenaccio yang Herrera terapkan. Bahwa, bertahan juga bagian dari filosofi permainan untuk meraih kemenangan dan membutuhkan banyak varian untuk membuatnya sempurna. Prinsip "Class + Preparation + Intelligence + Athleticism = Championships“ juga merupakan salah satu varian yang diperlukan.
Dalam possession football yang diterapkan Pep Guardiola ketika menjadi pelatih Barcelona maupun Bayern Munchen. Cara mereka bertahan merupakan dasar dari filosofi permainan mereka. Menurut saya Barcelona dan Bayern Munchen pada era Pep Guardiola benar-benar mengeluarkan tenaga saat mereka kehilangan bola dan saat mereka menguasai bola mereka tampak seperti sedang “ambil nafas”. Saat mereka kehilangan bola, mereka akan melakukan high pressing dengan intensitas yang begitu tinggi. Koordinasi antar zona harus berjalan dengan baik. Dari pemain paling depan sampai pemain paling depan harus mempunyai link. Jarak pemain paling depan dengan pemain paling belakang juga diukur untuk mengoptimalkannya. Konsentrasi dan disiplin adalah hal yang mutlak. Karena tidak boleh ada kekeliuran sedikit pun ketika melakukan hal tersebut.
Sepakbola modern menuntut semua lini untuk ikut andil ketika sebuah tim dalam keadaan kehilangan bola. Tidak hanya pemain bertahan, pemain depan pun harus bisa melakukannya. Mereka harus mampu ikut berperan aktif. Hal yang kemudian memunculkan peran pemain dengan istilah defensive forward, defensive midfielder, defensive playmaker, dan defensive winger. MarioMandzukic, Wayne Rooney, Park Ji Sung, Riccardo Montolivo dan Dirk Kuyt adalah contoh dari pemain-pemain yang pernah dan masih menjalankan peran-peran tersebut.
Jika maksud kita menyebut bertahan adalah permainan negatif karena tim yang melakukannya tidak menghibur kita sebagai penonton. Kita harus ingat pada pertandingan El Clasico minggu lalu. Pada saat Daniel Alves melakukan nutmeg kepada Cristiano Ronaldo, bukankan saat itu Ronaldo sedang melakukan track back ?
Ditulis oleh : Renalto Setiawan
Jika sebuah tim di atas kertas secara kualitas berada jauh di bawah Barcelona. Bermain terbuka ketika menghadapi mereka adalah sebuah kekeliruan. Mungkin tim tersebut akan mendapatkan apresiasi karena berani meladeni permain menyerang yang dilakukan oleh Barcelona. Tapi apa artinya apresiasi tersebut jika pada akhirnya tim tersebut kalah telak saat wasit mengakhiri pertandingan ? Bermain ultradefensif pun belum tentu menjamin kemenangan bagi mereka.
Bertahan bukan merupakan suatu cara yang mudah untuk dilakukan. Bertahan melibatkan semua pemain yang berada di lapangan. Harus ada koordinasi antar zona yang terdapat micro taktic di dalamnya sebelum berkerja pada organisasi secara utuh. Untuk memperlancar hal tersebut juga dibutuhkan kedisiplinan dan konsentrasi yang tinggi. Hal-hal yang seharusnya tidak membuat bertahan kita labeli “ bermain negatif ” dengan mudah.
Vittorio Pozzo dan Nereo Rocco menciptakan catenaccio bukan untuk sesuatu yang negatif. Mereka ingin menang dengan cara tersebut. Helenio Herrera yang mempunyai prinsip "Class + Preparation + Intelligence + Athleticism = Championships“ juga mengamini apa yang dilakukan oleh Vittoria Pozzo dan Nereo Rocco dengan menggunakan catenaccio sebagai bagian dari kejayaan Inter Milan pada eranya. Kita dapat mengambil kesimpulan dari prinsip dan catenaccio yang Herrera terapkan. Bahwa, bertahan juga bagian dari filosofi permainan untuk meraih kemenangan dan membutuhkan banyak varian untuk membuatnya sempurna. Prinsip "Class + Preparation + Intelligence + Athleticism = Championships“ juga merupakan salah satu varian yang diperlukan.
Dalam possession football yang diterapkan Pep Guardiola ketika menjadi pelatih Barcelona maupun Bayern Munchen. Cara mereka bertahan merupakan dasar dari filosofi permainan mereka. Menurut saya Barcelona dan Bayern Munchen pada era Pep Guardiola benar-benar mengeluarkan tenaga saat mereka kehilangan bola dan saat mereka menguasai bola mereka tampak seperti sedang “ambil nafas”. Saat mereka kehilangan bola, mereka akan melakukan high pressing dengan intensitas yang begitu tinggi. Koordinasi antar zona harus berjalan dengan baik. Dari pemain paling depan sampai pemain paling depan harus mempunyai link. Jarak pemain paling depan dengan pemain paling belakang juga diukur untuk mengoptimalkannya. Konsentrasi dan disiplin adalah hal yang mutlak. Karena tidak boleh ada kekeliuran sedikit pun ketika melakukan hal tersebut.
Sepakbola modern menuntut semua lini untuk ikut andil ketika sebuah tim dalam keadaan kehilangan bola. Tidak hanya pemain bertahan, pemain depan pun harus bisa melakukannya. Mereka harus mampu ikut berperan aktif. Hal yang kemudian memunculkan peran pemain dengan istilah defensive forward, defensive midfielder, defensive playmaker, dan defensive winger. MarioMandzukic, Wayne Rooney, Park Ji Sung, Riccardo Montolivo dan Dirk Kuyt adalah contoh dari pemain-pemain yang pernah dan masih menjalankan peran-peran tersebut.
Jika maksud kita menyebut bertahan adalah permainan negatif karena tim yang melakukannya tidak menghibur kita sebagai penonton. Kita harus ingat pada pertandingan El Clasico minggu lalu. Pada saat Daniel Alves melakukan nutmeg kepada Cristiano Ronaldo, bukankan saat itu Ronaldo sedang melakukan track back ?
Ditulis oleh : Renalto Setiawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar