Laman

Kamis, 12 Februari 2015

Analisa Deloitte Football Money League 2015


By Aditchenko,
 
 
81Deloitte 2015.jpg
Analisa Deloitte Football Money League 2015
Deloitte, firma keuangan terkemuka dunia, kembali mengeluarkan laporan yang berisi nilai pendapatan klub-klub sepak bola Eropa. Selepas menghitung pendapatan tersebut, Deloitte menyusun daftar 20 klub dengan pendapatan terbesar, sekaligus memberikan data dari mana saja sumber pendapatannya. Untuk edisi tahun 2015 ini, Deloitte menyajikan laporan untuk musim kompetisi 2013-14.
“Untuk menduduki posisi 20 besar ini, klub minimal harus mengumpulkan 144 juta euro, 20% lebih tinggi ketimbang tahun lalu,” ujar Dan Jones, partner dari Deloitte yang menjadi penyusun laporan ini. “Hal ini juga seiring dengan peningkatan pendapatan 20 klub ini yang secara agregat sebesar 14% dibanding tahun lalu,” tambahnya.
Pendapatan asli klub pada dasarnya berasal dari tiga sumber, yaitu pendapatan tiket penonton, pendapatan komersial, dan pendapatan media. Tiga sumber inilah yang menjadi fokus dari laporan Deloitte. Beberapa klub mendapatkan ketiganya secara seimbang, namun ada pula yang terlalu tergantung pada sebuah sumber saja. Faktor-faktor penyebab hal tersebut juga bermacam-macam. Bisa diakibatkan oleh kebijakan pengelola liga, infrastrtuktur, kegiatan pemasaran dan lain-lain.
Berikut daftar 20 klub dengan pendapatan terbanyak menurut Deloitte:
Daftar tersebut di atas memang hanya menyajikan peringkat 1 hingga 20, bagaimana pergeseran posisi klub dibandingkan dengan tahun lalu, dan juga nilai total pendapatan sebuah klub dalam waktu setahun. Namun dari data tersebut juga dapat dihitung total pendapatan dari 20 besar klub. Hasil tahun 2015 ini cukup mengejutkan karena terjadi peningkatan sebanyak 767 juta euro jika dibandingkan dengan tahun lalu. Untuk pertama kalinya, nilai sebesar 6 miliar euro mampu dikumpulkan oleh 20 klub ini saja sepanjang musim 2013-14. Peningkatan dari kerjasama komersial klub dengan perusahaan-perusahaan lain di seluruh dunia dan juga peningkatan nilai hak siar menjadi penyebab kenaikan ini.
Namun demikian, daftar ini juga tidak menyajikan informasi terperinci tentang peringkat klub berdasarkan tiga sumber pendapatan utama mereka. Penulis mencoba menyusun ulang peringkat klub-klub tersebut berdasarkan sumber pendapatan, sehingga akan lebih mudah dipahami:
Peringkat Berdasarkan Pendapatan Dari Sektor Penonton
Dari data di atas, Manchester United mengumpulkan uang paling banyak dari sektor tiket dibandingkan klub-klub lain. Pencapaian ini serupa dengan tahun lalu di mana United juga memimpin dalam daftar ini. Tingginya rataan jumlah penonton yang hadir di Old Trafford juga berbanding lurus dengan mahalnya harga tiket. Namun untuk tahun depan, kita dapat mengantisipasi penurunan yang terjadi mengingat United tidak mengikuti kompetisi antarklub Eropa, yang notabene mengurangi jumlah laga kandang.
Arsenal, Barcelona, dan Real Madrid secara beruntun membuntuti, juga dengan total pendapatan yang melebihi angka 100 juta euro. Seperti United, Arsenal juga menikmati besarnya pendapatan dari tiket penonton berkat harga tinggi yang mereka kenakan kepada pendukungnya yang ingin menonton langsung di stadion. Sementara itu popularitas Barcelona dan Real Madrid dan kapasitas stadion mereka yang besar nampaknya sudah menjadi jaminan mutu bahwa laga kandang yang mereka gelar hampir selalu dipenuhi penonton.
Duo Bundesliga, Bayern Muenchen dan Borussia Dortmund, berada di peringkat 10 besar terkait pendapatan ini. Rataan penonton mereka yang lebih tinggi ketimbang klub-klub lain di Eropa semestinya menempatkan mereka pada posisi puncak, namun hal ini tidak terjadi karena baik Bayern maupun Dortmund (seperti halnya klub-klub Bundesliga lain) mengenakan tarif yang cukup murah untuk tiket penonton.
Dari tabel di atas juga terlihat betapa sulitnya klub-klub Italia dalam menjual tiketnya kepada penggemar. Dalam hal ini, pendapatan Juventus yang telah memiliki stadion sendiri pun masih belum dapat menyaingi klub-klub Inggris. Sejak tahun lalu, mereka memang telah membuka museum demi mendongkrak pendapatan dari sektor tiket, namun hasilnya belum dapat dipetik tahun ini. Sementara Milan juga hanya mendapatkan 24,9 juta euro saja dari hasil pendapatan tiket penonton. Absennya mereka dari kejuaraan antarklub Eropa sudah pasti akan mengurangi pendapatan mereka tahun depan, meskipun mereka telah membangun Casa Milan, markas baru yang berisi segala yang perlu diketahui tentang klub pengoleksi tujuh trofi Liga Champions ini.
Peringkat Berdasarkan Pendapatan Komersial
Tingginya pendapatan komersial menjadi alasan mengapa peringkat Paris Saint-Germain (PSG) meningkat pesat dalam dua tahun terakhir. Pendapatan yang berasal dari kerjasama mereka dengan Qatar Tourism Authority berkontribusi besar terhadap pendapatan total mereka. Bukan itu saja, kerjasama kit sponsorship mereka Nike dan shirt sponsorship dengan Fly Emirates juga menghasilkan pundi-pundi uang yang tidak sedikit.
Dilihat dari 10 besar daftar ini, klub-klub Liga Primer Inggris dan Bundesliga mendominasi. Manchester United yang baru mengamankan mega sponsorship dengan Adidas dan Chevrolet amat berpotensi menyaingi jumlah yang didapat PSG pada musim depan. Pertumbuhan pendapatan United memang amat mengagumkan, dengan kenaikan 83% hanya dalam kurun waktu tiga tahun saja. Sementara Bayern, Dortmund, dan Schalke tetap menempel dengan pendapatan stabil dari sektor ini. Dari Italia, Milan seperti biasa masih mengungguli klub-klub lain dalam hal pendapatan komersial ini, hasil dari berbagai kerjasama dengan rekanan, terutama dari Timur Tengah.
Peringkat Berdasarkan Pendapatan Media
Tingginya ketergantungan klub pada pendapatan dari sektor media menunjukkan bahwa revolusi penyiaran yang terjadi pada awal tahun 90an telah mengubah wajah industri sepak bola hingga seperti sekarang. Dengan pendapatan yang besar dari sektor televisi, klub mulai berani mengeluarkan uang untuk membeli dan menggaji pemain, meskipun nilainya tidak realistis. Untuk tahun ini, total senilai 2,5 miliar euro diperoleh 20 besar klub dalam daftar Deloitte Football Money League, atau nyaris setara setengahnya dari total pendapatan.
Seiring hadirnya Financial Fair Play, klub-klub sudah mulai memiliki cost awareness yang tinggi. Namun cost awareness ini turut diimbangi pula dengan makin tingginya pendapatan dari sektor media. Musim depan, hal inilah yang akan terjadi dengan klub-klub Liga Primer Inggris. Dengan kucuran senilai total 3 miliar euro, sudah jelas akan terjadi pergeseran peringkat pada Deloitte Football Money League tahun depan, di mana akan semakin banyak klub-klub Inggris yang mengisi daftar. Real Madrid dan Barcelona jelas harus mewaspadai hal ini.
***
Seiring dengan kontrak baru terkait hak siar, 20 klub Liga Primer Inggris muncul dalam 40 besar klub dengan pendapatan terbesar di Eropa. Sebagai ilustrasi, West Ham dan Aston Villa meraih pendapatan lebih tinggi ketimbang AS Roma, sementara Southampton mengumpulkan pundi-pundi kekayaan lebih banyak ketimbang Benfica, yang notabene terkaya di Portugal.
Sementara kiprah klub-klub di luar 5 liga terbesar makin tergerus saja. Tahun ini hanya Galatasaray yang mampu menembus 20 besar, sementara tahun lalu mereka masih ditemani Fenerbahce. Jika melihat daftar 30 besar, hanya terdapat nama Benfica. Dua musim lalu, masih ada Corinthians sebagai satu-satunya klub non-Eropa yang menyeruak. Dengan peningkatan besar-besaran pendapatan komersial dan hak siar, rasanya perputaran uang memang akan tersentralisasi di klub-klub yang terdapat pada lima liga terbesar.
Peningkatan nilai hak siar dan kerjasama komersial memang menjadi hal yang diupayakan klub-klub seiring dengan adanya Financial Fair Play. Regulasi yang hanya mengatur batas maksimal kerugian klub ini membuat klub senantiasa berupaya meningkatkan pendapatan. Jika ingin mengamankan bottom line (keuntungan), maka top line (pendapatan) harus ditingkatkan. Begitulah cara sederhana analis keuangan jika sebuah institusi menginginkan peningkatan profit.
Dua komponen ini memang paling memungkinkan untuk terus digenjot potensinya, berbeda dengan pendapatan dari stadion. Selain sulitnya meningkatkan kapasitas stadion, penggunaan seisi jengkal stadion untuk memaksimalkan potensi pendapatan sekalipun tidak dapat menyaingi tingginya potensi pendapatan dari sektor komersial dan hak siar. Tahun ini, total pendapatan 20 besar klub dari sektor gate receipt berjumlah 1,2 miliar euro, atau hanya seperlimanya saja dari total pendapatan. Bandingkan dengan pendapatan komersial sebesr 2,5 miliar dan pendapatan komersial sebesar 2,4 miliar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar