By Bolatotal,
Gambar Ilustrasi
Ada
banyak momen dalam kehidupan yang sangat pantas untuk dikenang, tidak
dapat dilupakan, terutama terkait 2 hal. Pertama adalah momen yang
paling membahagiakan dan kedua adalah momen yang paling menyedihkan.
Bagi Muhammad, rasul umat muslim, beliau tidak akan melupakan dirinya
dan dilupakan umatnya ikhwal kejadian di gua hira ketika Djibril, sang
malaikat, datang menyampaikan wahyu untuk pertama kali. Bagi Soekarno,
ia tidak akan melupakan dirinya dan dilupakan rakyatnya ketika pada 17
Agustus 1945 beliau memproklamasikan Republik Indonesia. Lain lagi
dengan Michael James Owen, Owen tidak akan melupakan tanggal 20 Juni
2006.Hari itu, 20 Juni 2006, Michael Owen bersama tim nasional Inggris memainkan partai ketiga babak penyisihan Piala Dunia 2006 melawan Swedia. Laga ini adalah laga ke 80 Owen berseragam St George Cross. Inggris cukup menyelesaikan pertandingan dengan hasil seri untuk dapat melaju ke fase berikutnya karena sudah mengantongi kemenangan melawan Trinidad and Tobago dan Paraguay. Pertandingan baru memasuki detik ke 51 ketika Owen dari sisi kanan mengontrol bola, kemudian melepaskan umpan. Setelah melakukan operan, tumpuan kaki owen tidak stabil sehingga ia jatuh dalam posisi yang salah. Akibat hal ini Owen cedera dan harus ditandu keluar lapangan untuk digantikan Peter Crouch. Belakangan Owen didiagnosis menderita cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL).
Sebelum membahas lebih jauh mengenai ACL, mari kita awali dengan memahami pengertian cedera. Cedera secara definitif dapat diartikan sebagai kondisi fisik yang menyebabkan pemain gagal ikut bertanding, harus diganti saat pertandingan atau mengalami gangguan, apapun jenisnya, sehingga harus mendapat perawatan medis. Dengan demikian, cedera dapat bervariasi dari ringan hingga berat, sangat bergantung terhadap mekanisme terjadinya cedera, jenis cedera yang dihasilkan, lokasi anatomis dan hal-hal lain yang relevan.
Dalam penelitian berjudul “Injury Profile of a Professional Soccer Team in the Premier League of Iran” yang dipublikasi tahun 2010 menyebutkan lebih dari 80% cedera berada pada alat gerak bagian bawah. Cedera pada alat gerak bawah dibagi menjadi 7 regio ; pinggul, groin (selangkangan), paha, lutut, betis, ankle dan kaki. Pada tahun 2001 dipublikasi penelitian dengan judul “The association football medical research programme: an audit of injuries in professional football”. Penelitian ini melibatkan 91 tim di 4 divisi teratas Liga Inggris selama 2 musim, 1997-1999. Dari sini diketahui bahwa lokasi anatomis pesepakbola yang paling sering mengalami cedera adalah paha (23%) lutut (17%) dan ankel (17%). Hasil ini dikuatkan oleh penelitian lain “Injury evaluation of the Turkish national football team over six consecutive seasons” yang dilakukan pada tahun 2000-2005. Hasilnya mirip, 3 besar lokasi anatomis cedera ada pada paha (32.7%) lutut (15.4%) dan ankle (15.4%).
Penelitian-penelitian di atas menunjukkan kepada kita bahwa cedera lutut jamak terjadi pada pesepakbola profesional. Dari banyak jenis cedera lutut, yang paling berbahaya dan menakutkan adalah kerusakan pada Anterior Cruciate Ligament (ACL). Gambaran kengerian ACL bisa kita lihat pada twitt Wan Zack Haikal, salah satu talenta paling bersinar Asia Tenggara yang baru-baru ini mengalami cedera ACL saat latihan bersama FC Ryuku, klub divisi III Liga Jepang, “Airmata terus keluar bila docktor cakap ACL...What can I do. Just pray for my future:'( Nonit to call me okey im not okey right now”. Kemudian Wan Zack twitt-kan juga “ACL..dimna nak berubat? Tolong laa saya:'( tanak operation:'(“.
Secara deskriptif agak sulit menjelaskan dimana lokasi anatomis ACL, sehingga akan lebih mudah jika ditunjukkan gambarnya saja.
Pada satu studi yang dipublikasi Januari 2012 lalu diketahui bahwa setelah mengalami cedera ACL, pemain dapat kembali berlatih pada hari ke 90 ± 26 dan kembali ke kompetisi setelah hari ke 185 ± 52. Hal ini sangat dipengaruhi oleh metode yang digunakan untuk terapi penyembuhan cedera ACL dan derajat keparahan ACL. Derajat keparahan cedera ACL secara umum dibagi menjadi 2, apakah putus secara total, seperti yang ditunjukkan oleh gambar atau hanya robek sebagian.
Mengerikannya cedera ACL mendorong para ahli untuk menemukan suatu metode preventif bagi pesepakbola. Belakangan diketahui latihan dengan metode PEP (Prevent Injury, Enhance Performance) mampu mencegah pemain mengalami cedera ACL. Menurut buku Football Medicine Manual, penerapan latihan PEP yang hanya memakan waktu 15 menit ini cukup dilakukan 2-3 kali seminggu selama 6-8 minggu sudah cukup menurunkan kejadian dan keparahan cedera ACL antara 60-89%.
Ditulis oleh : Agiramadhani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar