Minggu, 17 Mei 2015

Menyederhanakan (Kembali) Sepakbola Indonesia

By Bolatotal,

Oleh : Aun Rahman

Jika ada yang bertanya kepada saya mana yang lebih bagus, tesis saya atau semua artikel sepakbola yang sudah pernah saya buat, maka saya akan dengan cepat menjawab, bahkan mungkin dengan lantang, bahwa tulisan-tulisan saya yang beredar di panel olahraga online lah yang terbaik.
Mengapa saya akan memeberikan Jawaban demikan? Hal tersebut dikarenakan, semua artikel sepakbola yang pernah saya kerjakan dapat dinikmati banyak orang, akses untuk membacanya pun tidak terlalu sulit. (Harapan saya) setiap tulisannya dapat menjangkau setiap kalangan, mulai dari yang biasa nongkrong di retail kopi elit asal Amerika Serikat sampai dengan warung kopi di perempatan jalan.
Sementara tesis atau karya ilmiah saya, lebih terbatas. Bukan hanya dari ide pokoknya hanya bisa dipahami kalangan yang memang sama-sama mendalami ilmu dan pengetahuan yang saya dalami. Tetapi juga tujuan utamanya adalah untuk memenuhi syarat penyelesaian tingkat pendidikan saya. Dari segi akses tentunya lebih sulit, karena hard copy-nya tersimpan di perpustakaan kampus saya, yang mana tidak setiap orang bisa dengan mudah membacanya.

Padahal idealnya bahkan seharusnya, setiap karya ilmiah atau tesis tujuan besarnya adalah untuk manfaat bagi orang banyak, bagi masyarakat sekitar, bagi negara.
Hal itu mungkin yang terjadi saat ini di sepakbola Indonesia. Sepakbola negeri ini sudah lama sekali agak sulit dinikmati seluruh warganya. Mulai dari yg sederhana saja. secara praktis lapangan sepakbola di Indonesia memiliki biaya sewa yang cukup mahal, adapun ruang publik yang disediakan untuk bermain sepakbola terhitung sedikit bahkan ruang tersebut bukan untuk bermain sepakbola, tetapi untuk bermain futsal ataupun mini soccer.
Belum lagi tiket menonton pertandingan yang fluktuatif, lalu siaran pertandingan yang hanya menyiarkan tim-tim tertentu. Dan yang paling krusial, salah satu tanda bahwa sepakbola Indonesia hanya dapat dinikmati oleh pihak-pihak tertentu adalah, sepak terjang asosiasi sepakbola tanah air tercinta yaitu PSSI.

Dalam hampir beberapa pekan terakhir, kita dihangatkan dengan isu-isu terkait pembekuan asosiasi sepakbola negara kita ini. Ada yang pro ada yang kontra, masing-masing memilki alasan kuat untuk berdiri di sisi pilihannya. Saya tidak akan membahas tentang kronologisnya karena sudah banyak sekali diulas di media online ataupun cetak. Dan tentunya saya tidak akan membahas mengenai pernyataan salah satu komite eksekutif PSSI yang menyebutkan bahwa pembekuan asosiasi sepakbola negara kita akan berpengaruh kepada akan sulitnya kita untuk mendapatkan tayangan sepakbola Eropa. Jadi mari kita mulai dengan beberapa pertanyaan sederhana.
“Berapa banyak rakyat Indonesia yang mengetahui kalau PSSI adalah organisasi non-pemerintah?”
“Berapa banyak rakyat Indonesia yang mengetahui bahwa sumber dana PSSI berasal dari sponsor, bukan dari uang negara/APBN?”

Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas mungkin hanya diketahui oleh sebagian rakyat Indonesia saja, bahkan hanya kalangan-kalangan tertentu. Padahal dari singkatan saja kata terakhir dari PSSI adalah INDONESIA, bukan kata lain yang merujuk golongan atau kelompok tertentu.
Maka akan menjadi sangat wajar ketika Kementerian Olahraga Republik Indonesia memutuskan untuk melakukan pembekuan terhadap PSSI, karena ada kata ‘Indonesia’ yang membuat organisasi ini menjadi bagian dari negara yang berdaulat. Walaupun di sisi lain PSSI tetap bersikeras bahwa mereka berada di bawah kedaulatan FIFA.

Jargon Football for Everyone yang didengungkan oleh FIFA sendiri menunjukan bahwa sepakbola bersifat universal, untuk semua kalangan. Termasuk sepakbola Indonesia yang seharusnya bisa lebih transparan dan dapat dinikmati semua kalangan. Dan yang lebih penting lagi, sepakbola Indonesia harusnya memberikan kesenangan bagi seluruh rakyat Indonesia, bukan hanya sebagian kecil kelompok saja.
Sepakbola memberikan kesenangan bagi setiap orang, merupakan sesuatu yang sederhana bukan?

Foto: Tempo.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar